We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Pahlawan Negara

Bab 119
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 119 Konsekuensimu Sangat Berat

Selesai berbicara, Arini menatap Ardika dengan tatapan meremehkan dan berkata, ” Sementara kamu, kini kamu hanya seorang pecundang yang sudah diusir. Kamu sama sekali nggak layak dibandingkan dengan Tuan Muda Rocky!” 

“Ardika, Delvin adalah sahabatmu. Waktu itu, dia selalu berdiri di sisimu dan membelamu. Sekarang, kamu sudah tahu mengetahui kebenarannya, apa kamu nggak berencana menegakkan keadilan untuknya? Jangan lupakan kebaikan 

sahabatmu,” kata James sambil terkekeh. 

Herman mencibir dan berkata, “Menegakkan keadilan? Huh, memang dia bisa? Baik Arini maupun Keluarga Mahasura nggak akan bisa dia provokasi.”

WHEN CO 

“Aku lihat kalau kehidupan selanjutnya nasibnya sedikit lebih baik, mungkin dia 

bisa melakukannya.” 

Kalimat yang keluar dari mulut Jimmy ini membuat yang lainnya tertawa. 

Arini menggelengkan kepalanya. ‘Ardika, oh Ardika. Kamu hanya mempermalukan dirimu sendiri saja. Jelas–jelas aku nggak cari masalah denganmu, kamu malah menginterogasiku tentang alasan melaporkan Delvin. Sekarang kamu sudah tahu kebenarannya, tapi kamu bisa apa?’

Selain emosi yang meluap–luap, dia merasa pria itu tidak mampu untuk membalas 

dendam padanya. 

Karena itulah, dia memberi tahu kebenaran kepada Ardika tanpa menyembunyikan 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

apa pun. 

Di matanya, Ardika sama sekali bukan apa–apa. 

Melihat ekspresi dingin dan kesal Ardika, dia makin merendahkan pria di 

hadapannya ini. 

“Ardika, aku berbaik hati memperingatkanmu. Semua hal yang aku beri tahu padamu hari ini, sebaiknya kamu simpan dalam hatimu saja. Kalau sampai aku tahu kamu menyebarkan hal ini keluar dan merusak reputasiku, konsekuensi yang akan 

kamu terima sangat berat.” 

1/3 

Arini menyilangkan tangunnya di depan dada dan menatap Ardika dengan tatapan 

meremehkan. 

Nada bicaranya sangat tegas, seolah–olah sama sekali tidak bisa diganggu gugat. 

Dia jelas–jelas sedang mengancam Ardika untuk tidak berbicara sembarangan. 

Saking kesalnya, Ardika sampai tertawa. 

‘Arini ini benar–benar wanita sialan. Berani sekali dia mengucapkan kalimat seperti 

itu?‘

Ardika berkata dengan dingin, “Arini, aku juga berbaik hati memperingatkanmu. 

Sebaiknya kamu berlutut di depan nisan Delvin dan menyesali perbuatanmu. Kalau nggak, konsekuensi yang akan kamu terima jauh lebih berat!” 

Dalam sekejap, ekspresi Arini berubah menjadi sangat muram. 

Sementara itu, beberapa orang lainnya tampak membelalak. 

Apa mereka tidak salah dengar? 

Ardika mengancam Arini untuk berlutut di depan nisan Delvin dan menyesali 

perbuatannya! 

Memang dia pikir dia siapa?! 

“Arini, tenangkan dirimu. Kalau Delvin masih hidup, permintaan seperti itu masih memungkinkan. Sekarang atas dasar apa Ardika menyuruhmu untuk 

melakukannya? Dia pikir dia siapa?” 

James dan beberapa orang lainnya buru–buru menenangkan Arini yang sudah 

emosi setengah mati. 

Tiba–tiba, Ardika mengulurkan jarinya dan berkata, “Bukan hanya Arini seorang, 

kalian juga harus berlutut di depan nisan Delvin dan menyesali perbuatan kalian!” 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Dia menunjuk James, Herman, Jimmy dan Yudis. 

Orang–orang ini yang sudah memberi pengakuan palsu ketika Delvin dituduh 

berbuat curang. 

2/3 

Tentu saja Ardika mengingat mereka semua. 

Seketika itu pula, amarah James dan beberapa pria lainnya langsung meledak. 

Jenny mencibir dan berkata, “Ardika, sebaiknya kamu melewati hari ini terlebih dahulu. Mungkin kamu nggak tahu ayahnya Tony membencimu setengah mati. Setelah acara hari ini selesai, target pertamanya adalah kamu dan istrimu!”

Jenny tahu karena Ardika dan Luna sudah menyebabkan kondisi Tony menjadi 

seperti itu, Budi pasti tidak akan melepaskan mereka berdua. 

Hari ini Ardika masih berani menghadiri acara ini. 

Benar–benar cari mati! 

Selesai berbicara, tiba–tiba sesuatu tebersit dalam benaknya. ‘Eh? Kenapa aku nggak 

melihat Luna?‘ 

“Ardika, di mana istrimu? Apa mungkin karena dia tahu Keluarga Susanto akan 

membalasnya sampai–sampai nggak berani menghadiri acara ini? Nggak ada gunanya dia bersembunyi. Dia nggak bisa bersembunyi selamanya. Keluarga Susanto nggak akan melepaskan istrimu!” kata Jenny dengan nada meremehkan. 

Jelas–jelas Keluarga Basagita sudah menerima undangan, tetapi mereka hanya mengutus Ardika untuk menghadiri acara ini. Mereka pasti sangat ketakutan, bukan? 

Ardika berkata dengan ekspresi meremehkan, “Keluarga Susanto nggak punya kesempatan untuk membalas dendam kepada istriku lagi, karena setelah hari ini berlalu, Keluarga Susanto akan hancur!” 

Satu kalimat yang keluar dari mulut Ardika langsung membuat suasana menjadi hening.