We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Menantu Pahlawan Negara

Bab 165
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 165 Menghancurkan Kelab Gloris 

“Plak!” 

Suaia tamparan yang keras itu bagaikan pukulan keras dalam hati semua orang yang berada di kelab ini sampai–sampai membuat mereka bergidik ngeri. 

Semua orang menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya. 

Gila! 

Pria itu pasti sudah gila! 

Berani sekali dia memukul Melia! 

Melia adalah Nona Keluarga Lukito, salah satu dari tiga keluarga besar! 

Setelah tamparan keras itu mendarat di wajahnya, Melia juga tercengang. 

Dia hanya berdiri mematung di tempat sambil memegang wajahnya. 

Handoko juga terkejut setengah mati. Dia langsung menarik lengan Ardika dan berkata dengan nada sedikit menyalahkan, “Kak, kenapa kamu memukul Kak Melia? Dia sangat baik padaku. Dia memperlakukanku layaknya adik lelakinya. Sebenarnya masalah tadi bukan salahnya. Lagi pula, dia harus berbisnis. Dia nggak bisa mengusir tamu sembarangan.” 

‘Dasar anak bodoh! Jelas–jelas kamu sudah dijebak wanita jalang itu, tapi kamu malah membelanya.‘ 

Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan berkata dengan nada datar, “Ada orang jahat langsung terlihat jahat, ada pula orang jahat yang cenderung menyembunyikan karakter asli mereka. Kamu lihat saja, sebentar lagi ekor serigala seseorang pasti akan terlihat. Dia sudah nggak bisa menyembunyikan karakter aslinya lebih lama lagi.” 

“Ardika, berani sekali kamu memukulku! Berani sekali kamu memukulku!” 

Tepat pada saat ini, tiba–tiba Melia berteriak dengan histeris. 

Akhirnya dia sudah tersadar kembali. Dia menatap Ardika dengan tatapan tajam 

1/5 

+15 BONUS 

dan menunjukkan ekspresi ganas. 

“Idiot, aku akan membunuhmu hari ini juga. Selain itu, aku akan mengirim orang 

untuk menangkap Luna ke sini, lalu menelanjanginya dan menjadikannya tontonan 

di depan umum. Setelah itu, aku akan mengantarnya ke ranjang Renaldi dan Handi, 

biar dia memohon pengampunan pada mereka dengan menyedihkan!” 

Handoko menatap Melia dengan tatapan tidak percaya. 

Kata–kata kasar yang keluar dari mulut wanita ini dan ekspresi ganasnya 

membuatnya terlihat seperti orang yang berbeda. 

Bahkan, Handoko sampai mencurigai dirinya sendiri sudah salah dengar. 

‘Apa wanita di hadapanku ini adalah Kak Melia yang tadi? Kenapa dia sekejam ini?‘ 

Nah, sekarang kamu sudah lihat sendiri, ‘kan? Ini adalah orang yang tadi kamu 

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

bilang baik padamu.” 

Suara Ardika terngiang di telinga Handoko. “Kemarin, dia, Renaldi dan Handi 

memaksa dua orang untuk bunuh diri dengan melompat turun dari gedung, merebut 

Grup Susanto Raya yang seharusnya dikembalikan kepada keluarga kita. Bagaimana 

kamu bisa menganggap wanita sekeji ini sebagai orang baik?” 

Tidak hanya penakut, adik iparnya ini juga polos. Walaupun sudah masuk 

universitas, Handoko masih tidak bisa membedakan siapa yang baik dan siapa yang 

jahat. 

Seharusnya karena kejadian yang menimpa Keluarga Basagita lima tahun yang lalu 

membuat karakternya menjadi seperti ini. 

Karena itulah, ketika tadi Handoko ditindas, Ardika tidak memedulikannya. 

Kemudian, dia mendorong adik iparnya itu untuk mematahkan kaki Devan dan 

Felix dengan tujuan untuk membangkitkan şifat prianya. 

Sementara itu, sekarang Ardika sedang memberi pelajaran penting kedua kepada 

adik iparnya. 

Dia sengaja menggunakan contoh nyata seperti ini untuk memperlihatkan karakter asli seseorang kepada adik iparnya

2/5 

+15 BONUS 

Handoko menatap Melia dengan tatapan tidak percaya dan berkata, “Kak Melia, apa 

benar yang dikatakan oleh kakak iparku?” 

Sekarang Melia juga sudah membenci Handoko. 

Karena sudah waktunya untuk putus hubungan, dia juga tidak ingin 

menyembunyikan apa pun lagi. Dia berkata dengan tajam, Ya, kami yang memaksa 

Jenny dan Tony untuk bunuh diri, kami juga yang merebut Grup Susanto Raya. 

Seluruh anggota Keluarga Basagita adalah pecundang, nggak layak untuk 

mendapatkan Grup Susanto Raya!” 

Mata Handoko langsung memerah. 

Sebelumnya, dalam lubuk hatinya, Melia adalah sosok wanita yang disukainya. 

Namun, kesan dan citra baik Melia dalam lubuk hatinya sudah sepenuhnya hilang. 

Melihat ekspresi adik iparnya, Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun. 

Kalau ingin bertumbuh dewasa, tentu saja harus ada bayarannya. 

“Ayo kita pergi.” 

Dia menepuk–nepuk bahu Handoko dan berencana untuk meninggalkan tempat itu. 

“Pergi? Pergi ke mana? Tanpa izin dariku, jangan harap kalian bisa meninggalkan 

Kelab Gloris!” 

Melia mendengus, lalu melambaikan tangannya untuk memanggil seorang pelayan. 

“Panggil satpam masuk!” 

Kemudian, dia mengalihkan pandangannya kepada para pelanggan kelab dan 

berkata dengan suara keras, “Semuanya, aku minta maaf. Ada urusan pribadi yang harus kuselesaikan, jadi kegiatan Kelab Gloris hari ini harus dihentikan. Hari ini 

semuanya dígratiskan, silakan pergi.” 

“Selain itu, tolong jaga mulut kalian baik–baik. Aku nggak ingin mendengar 

informasi aku ditampar oleh orang tersebar luas!” perintah Melia. 

Día melemparkan sorot mata dingin dan dipenuhi ancaman ke

sekeliling

3/5 

FIS BORUS 

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, para pelanggan segera meninggalkan kelab, 

Saat mereka berjalan keluar, mereka menatap Ardika dengan tatapan seolah melihat 

mayat. 

Tidak perlu diragukan lagi, kekuatan tiga keluarga besar di Kota Banyuli sangatlah 

besar. 

Sebagai Nona Keluarga Lukita, identitas Melia sangat terhormat. 

Ardika berani sekali menamparnya. Dapat dipastikan hari ini nyawa Ardika akan 

melayang! 

Saat ini, semua satpam Kelab Gloris sudah masuk ke dalam kelab. 

Mereka berjumlah sekitar empat puluh orang dengan tubuh yang kekar. 

Daripada disebut satpam, seharusnya mereka disebut sebagai petarung yang 

dipelihara secara legal oleh Keluarga Lukito. 

Melia menatap Ardika dan berkata dengan bangga, “Orang–orang ini adalah ahli bela 

diri yang dipekerjakan oleh Keluarga Lukito dengan gaji tinggi. Setiap tahun 

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

pengeluaran kami pada setiap orang dari mereka mencapai miliaran. Keluarga 

Basagita tentu saja nggak bisa dibandingkan dengan kekayaan keluarga kami.” 

Empat puluh satpam itu menatap Ardika dan Handoko dengan tatapan tajam. 

Di bawah tatapan tajam banyak pasang mata itu, ekspresi Handoko langsung berubah menjadi pucat pasi. 

“Kak, aku benar–benar minta maaf. Aku sudah mencelakaimu,” kata Handoko 

dengan terbata–bata. 

“Ardika, nggak ada seorang pun yang berani menamparku. Apa kamu nggak sadar 

Kelab Gloris adalah wilayah kekuasaan siapa? Berani sekali kamu memprovokasí 

aku. Hari ini kamu sudah pasti akan mati!” 

Melia memelototi Ardika dengan ekspresi ganas. 

Ardika mencibir dan berkata dengan nada meremehkan, Oh? Kelab Gloris, ya? Apa 

sehebat itu? Kalau begitu, hari ini aku akan menghancurkan Kelab Gloris milikmu 

+15 BONUS 

Para pelanggan yang menyaksikan pemandangan itu langsung tersentak. 

Kemudian, mereka segera meninggalkan lokasi. Tentu saja mereka tidak berani menyaksikan pertunjukan berbahaya seperti itu. 

“Ardika, di saat ajal hampir menjemputmu kamu masih saja berlagak seperti itu. Kamu bilang kamu mau menghancurkan Kelab Gloris milikku ini? Kamu pikir kamu siapa?!” 

Di dalam kelab, Melia sudah kehilangan kesabarannya. Dia langsung melambaikan tangannya dengan kuat dan berkata, “Cepat serang!” 

“Baik!” 

Empat puluh orang itu menjawab dengan serempak. 

Mereka bergegas berjalan ke arah Ardika. Hanya melihat orang sebanyak ini saja sudah membuat sekujur tubuh Handoko terasa lemas. 

Tepat pada saat ini, tiba–tiba terdengar suara gesekan tembaga dari arah belakang empat puluh orang itu. 

Saking kerasnya suara itu, telinga mereka sampai–sampai berdengung. 

Saat mereka menoleh secara refleks, pupil mata orang yang berjalan di paling depan langsung mengecil dan ekspresinya tampak terkejut. 

Satu per satu pecahan pintu tembaga yang tebal dan keras melesat ke arah mereka, 

bahkan terdengar gesekan tembaga itu dengan udara! 

“Cepat menghindar!” seru seseorang dengan terkejut untuk mengingatkan orang- orang lainnya. 

Namun, semuanya sudah terlambat. 

Pecahan–pecahan pintu tembaga itu melesat dengan cepat dan menghantam 

mereka semua. 

Dalam sekejap, terdengar suara teriakan menyedihkan. 

Tepat pada saat ini, sosok bayangan enam orang yang bagaikan hewan ganas itu langsung menerjang ke kerumunan itu dan menendang pada saat bersamaan. 

3