We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 835
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Bab 835

Tepat ketika Anita menuruni tangga ke lantai bawah untuk memanggil pelayan, sosok bertubuh tinggi itu datang

dari pintu masuk dengan cahaya bersinar dari belakang punggungnya, memberikan sensasi tekanan pada orang.

Di luar dugaan, keduanya saling bertatapan, dan Anita membuka matanya sedikit. Kenapa ada laki–laki di dalam

rumah ini?

Raditya menatap Nona Maldino, yang baru saja bangun, dan menganggukkan kepala. “Halo, Nona Maldino. Saya

Gading Ludito, pengawal baru Nona. Mulai sekarang, saya akan bertanggung jawab atas keselamatan Nona setiap

hari selama 24 jam.”

“Setiap hari selama 24 jam?” gumamnya dengan lembut. “Siapa yang bilang saya butuh pengawal? Saya tidak

memerlukannya. Silakan pergi.”

“Maaf, saya mendapat perintah langsung dari ayah Nona. Ini sudah menjadi pekerjaan saya, jadi mohon

kerjasamanya, “u capnya dengan tenang dan datar.

Anita menarik gaun tidurnya, dan wajahnya merona merah. “Kamu pengawal saya, bukan? Tolong berdiri di depan

pintu.”

Terkejut, Raditya kemudian berbalik dan berdiri di depan pintu dengan punggung tegak.

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

Sementara itu, Anita mengambil napas dalam–dalam dan berpikir, Mengapa ayah tiba–tiba mempekerjakan

seorang pengawal?

Dia telah mengatakan sebelumnya bahwa dia tidak memerlukan pengawal untuk mengganggu hidupnya.

“Ibu di mana?” tanyanya kepada pelayan.

“Nyonya sudah pergi. Apakah Nona ingin sarapan?”

“Tidak usah.” Dia ingin pergi dari rumah untuk menenangkan diri. Oleh karena itu, dia berbalik dan naik ke

lantai atas.

Sepuluh menit kemudian, dia sudah berganti pakaian kasual dan turun ke lantai bawah dengan tas punggung. Tentu

itu adalah pakaian untuk pergi keluar.

Anita menatap laki–laki yang sedang berjaga di depan pintu, dan menyadari bahwa dia benar–benar tinggi. Tinggi

badannya yang 160 cm membuatnya tampak mungil di hadapan pengawal ini.

Ketika Anita keluar dari pintu utama, laki–laki itu membuntutinya dari belakang. Menyadari hal itu, dia berbalik dan

memperingatinya, “Jangan ikuti saya.”

“Saya hanya melakukan pekerjaan saya melindungi Nona. Saya tidak akan mengganggu hidup Nona.”

“Saya tidak memerlukan perlindungan darimu.” Anita hanya ingin sendiri karena tidak ingin siapapun melihat

tampang sedihnya.

“Nona bisa berpura–pura saja, menganggap saya tidak ada.” Suara rendah dan paraunya menggetarkan telinga

Anita.

Dia mengangkat kepala untuk mengamatinya dari atas sampai bawah. Menganggap dia tidak ada?

Anita merasa tertekan dengan kehadiran laki–laki ini, dan sorot matanya sangat dalam seperti lubang hitam sampai

dia tidak bisa menebak apa yang ada dalam pikirannya. Dia merasa bahaya terbesar mungkin datang dari dirinya.

“Tinggimu 185 cm, lalu meminta saya menganggapmu tidak ada di sini? Katakan. Bagaimana saya bisa

melakukannya?” tanyanya.

Mendengar pertanyaannya, Raditya terkejut. Dalam dokumen tidak dikatakan bahwa gadis ini sulit diajak

kerjasama. “Pokoknya, Nona tidak boleh keluar sendiri,” ucapnya tenang.

Karena tidak mau diganggu olehnya, Anita mengeluarkan kunci mobil dan membuka pintunya. Begitu dia menarik

pintu dan kemudian duduk lalu memasang sabuk pengaman sosok itu sudah duduk di bangku penumpang di

sebelahnya.

“Kamu…” Anita merasa kesal.

“Saya harus ikut jika Nona ingin keluar rumah.” Raditya menatapnya, tampak bersungguh–sungguh.

Saat itu, Anita merasa seakan sedang diancam oleh pengawal baru ini. Ayahnya mempekerjakan dirinya untuk

melindunginya, tetapi dia berani bicara seperti itu padanya? Memangnya dia bosnya?

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

Anita tidak peduli dengannya dan langsung menginjak gas setelah menyalakan mesin mobil. Langsung saja

pengawal merasakan hantaman kuat mendorongnya ke belakang, dan menoleh ke arah gadis itu. Sorot matanya

tampak dipenuhi oleh perasaan tidak senang akan kehadirannya.

Di titik itu, gelak tawa terdengar di telinganya. “Nona Maldino memang sulit ditangani, Raditya. Semoga

beruntung!”

Dia menggenggam erat–erat pegangan mobil dan membiarkan gadis ini melepaskan rasa kesalnya saat itu.

Akhirnya, Anita sadar kalau dia tidak seharusnya mengemudi dengan ugal–ugalan seperti ini, dan segera

menenangkan diri setelah mengemudi di jalanan di depan rumahnya.

“Berapa Ayah membayarmu? Saya akan membayarmu dua kali lipat jika segera turun dari mobil ini.” Apita

menoleh dan menatap Raditya.

“Saya hanya memiliki satu bos, yaitu ayah Nona.”

“Bagaimana kalau begini saja? Saya memiliki kartu yang berisi dua milyar. Kamu boleh memilikinya, dan saya akan

bicara pada Ayah,” ucapnya.

Mendengarnya, Raditya menggeleng dan tidak bereaksi dengan tawarannya.

Anita terkejut. Dia menolak tawaran saya tanpa berpikir dua kali? Apakah dia melakukan pekerjaan ini bukan

karena uang? Padahal ada kesempatan bagus mendapatkan uang lebih banyak di depan matanya saat ini, tetapi

dia malah tidak mau?