We will always try to update and open chapters as soon as possible every day. Thank you very much, readers, for always following the website!

Ruang Untukmu

Bab 881
  • Background
    Font family
    Font size
    Line hieght
    Full frame
    No line breaks
  • Next Chapter

Ruang Untukmu

Bab 881

Anita kemudian bergerak seolah ingin merogoh celananya.

Langsung saja Raditya mencengkeram pergelangan tangannya, menghentikan tindakannya. Anita kemudian

merunduk dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Raditya. Dengan rambut terikat karet, helaian rambut

panjangnya terurai pada paha Raditya.

Mata sipitnya yang cantik dengan lembut bersinar menatapnya. Dia tampak begitu memikat, tetapi sorot matanya

sangat polos dan jernih.

Sinar matahari yang masuk melalui jendela membuat kulitnya tampak seputih salju. Pipinya ditaburi rona

kemerahan malu-malu, dan dia tampak begitu menawan sampai membuat laki-

laki itu terpesona.

Napasnya terasa sesak. Tangan Raditya masih mencengkeram pergelangan tangannya, tetapi tidak tahu apa yang

harus dilakukan setelah ini.

Bagaimanapun juga, Anita adalah seorang perempuan! Dia tahu bagaimana membuat laki-laki senang dengan

wajah cantiknya.

Dia tersenyum dengan mata berseri-seri penuh kebanggaan. “Apakah saya cantik, Tuan Raditya?”

Raditya membalas tatapannya dengan mata yang begitu dalam sehingga tidak mungkin mengungkapkan emosi

apa yang bersembunyi di dalamnya.

“Bangun,” dengan dingin dia memerintah.

Tersadar betapa menjemukannya dirinya, Anita pun bangkit dan berdiri. Saat itu, terasa ada tarikan dari

rambutnya.

“Aduh!” dia menjerit kesakitan, secara naluriah menggerakkan kepalanya mendekat ke anak rambut yang

tersangkut. Tanpa pikir panjang, dia merogoh-rogoh benda yang membuat rambutnya tersangkut-yaitu gesper ikat

pinggang yang dikenakan Raditya.

“Jangan bergerak,” Raditya berteriak. Tetapi, sudah terlambat. Anita sudah menyentuh sesuatu yang seharusnya

Follow on NovᴇlEnglish.nᴇt

tidak dia sentuh.

Tangannya langsung ditarik kembali seakan baru tersengat listrik. Rona merah di wajahnya melebar sampai ke

telinga.

Raditya …

Dengan alis bertaut, Raditya melepaskan rambut yang tersangkut pada ikat pinggangnya.

Tepat ketika itu ada orang yang membuka pintu kamar. Empat pasang mata langsung disambut

dengan pemandangan yang mengejutkan dari dua orang dalam posisi begitu intim.

Tamu laki-laki itu mengutuk diri mereka karena datang di waktu yang tidak tepat.

Selain itu, sejak kapan Raditya dan Anita menjadi begitu dekat? Sekarang mereka bahkan tengah bermesraan!

“Kami akan kembali lagi nanti, Pak. Silakan, lanjutkan,” ucap Wilmar, mendorong tiga laki-laki lainnya keluar dari

kamar sebelum cepat-cepat menutup pintu.

Tiga laki-laki itu masih ingin menyaksikan pasangan itu lebih lama lagi. Jarang sekali mereka melihat Raditya

berlaku begitu hangat dengan seorang gadis. Betapa mereka berharap dapat terus menyaksikan adegan tadi.

Anita sangat malu. Jelas keempat laki-laki itu telah salah paham dengan situasi yang disaksikannya.

Raditya tidak peduli dengan apa yang mungkin dipikirkan oleh anak buahnya. Tangannya yang lebar dengan lembut

melepas rambutnya yang tersangkut di ikat pinggangnya. Karena helaian rambutnya tersangkut dengan erat, satu

kesalahan bisa membuatnya kesakitan.

“Apakah kamu sudah selesai?” Anita bertanya dengan canggung.

“Sebentar lagi.” Jari-jarinya sedang mengurai rambutnya, helai demi helai.

Anita membenamkan wajahnya ke telapak tangannya, menutupi rasa malunya. Bagaimana dia menghadapi

mereka nanti?

Akhirnya, rambutnya terbebas. Begitu bisa bergerak, dia langsung bangkit berdiri. Rambutnya terurai di

punggungnya, menonjolkan kecantikan murni wajahnya yang polos.

“Teddy dan yang lainnya pasti telah salah mengira tentang apa yang kita lakukan baru saja dengan sesuatu yang

lain. Bisakah kamu menjelaskannya pada mereka?” tanya Anita.

“Menjelaskan apa?” ucapnya dengan gusar.

“Tidakkah kamu ingin menjelaskan apa yang baru saja terjadi?” Anita mengerucutkan bibir merahnya. Dia tidak

peduli apa yang mereka pikirkan, tetapi tidak ingin citra dan reputasi Raditya hancur. Raditya kemudian bangkit dan

mengambil laptopnya. “Kamu membaca saja di sini.”

Dia kemudian keluar kamar, meninggalkannya seorang diri.

Melihatnya pergi, jantung Anita serasa berhenti berdetak karena perasaan gelisah begitu pintu ditutup. Dia merasa

ingin menangis dan tertawa di saat yang bersamaan sementara perasaan bahagia yang manis dan aneh ini

menyeruak dalam dirinya.

Di saat itu, yang ingin Anita ketahui adalah apakah Raditya menganggap dirinya menyebalkan.

Begitu Raditya masuk ke dalam ruang rapat, pertanyaan langsung menyerbunya. “Sudah berapa jauh hubunganmu

dan Nona Anita, Tuan Raditya?” tanya Teddy.

“Apakah dia yang akan menjadi istrimu?” tanya Jodi.

Dengan tenang Raditnya menatap mereka dan menjawab, “Urus saja urusan kalian masing- masing.”

“Berhenti bertanya padanya. Kita akan menjadi orang pertama yang tahu bila dia memiliki kabar bahagia,” ucap

Wilmar.

dengan pemandangan yang mengejutkan dari dua orang dalam posisi begitu intim.

Tamu laki-laki itu mengutuk diri mereka karena datang di waktu yang tidak tepat.

Selain itu, sejak kapan Raditya dan Anita menjadi begitu dekat? Sekarang mereka bahkan tengah bermesraan!

“Kami akan kembali lagi nanti, Pak. Silakan, lanjutkan,” ucap Wilmar, mendorong tiga laki-laki lainnya keluar dari

kamar sebelum cepat-cepat menutup pintu.

Tiga laki-laki itu masih ingin menyaksikan pasangan itu lebih lama lagi. Jarang sekali mereka melihat Raditya

berlaku begitu hangat dengan seorang gadis. Betapa mereka berharap dapat terus menyaksikan adegan tadi.

Anita sangat malu. Jelas keempat laki-laki itu telah salah paham dengan situasi yang

disaksikannya.

Raditya tidak peduli dengan apa yang mungkin dipikirkan oleh anak buahnya. Tangannya yang lebar dengan lembut

Follow on Novᴇl-Onlinᴇ.cᴏm

melepas rambutnya yang tersangkut di ikat pinggangnya. Karena helaian rambutnya tersangkut dengan erat, satu

kesalahan bisa membuatnya kesakitan.

“Apakah kamu sudah selesai?” Anita bertanya dengan canggung.

“Sebentar lagi.” Jari-jarinya sedang mengurai rambutnya, helai demi helai.

Anita membenamkan wajahnya ke telapak tangannya, menutupi rasa malunya. Bagaimana dia menghadapi

mereka nanti?

Akhirnya, rambutnya terbebas. Begitu bisa bergerak, dia langsung bangkit berdiri. Rambutnya terurai di

punggungnya, menonjolkan kecantikan murni wajahnya yang polos.

“Teddy dan yang lainnya pasti telah salah mengira tentang apa yang kita lakukan baru saja dengan sesuatu yang

lain. Bisakah kamu menjelaskannya pada mereka?” tanya Anita.

“Menjelaskan apa?” ucapnya dengan gusar.

“Tidakkah kamu ingin menjelaskan apa yang baru saja terjadi?” Anita mengerucutkan bibir merahnya. Dia tidak

peduli apa yang mereka pikirkan, tetapi tidak ingin citra dan reputasi Raditya hancur. Raditya kemudian bangkit dan

mengambil laptopnya. “Kamu membaca saja di

sini.”

Dia kemudian keluar kamar, meninggalkannya seorang diri.

Melihatnya pergi, jantung Anita serasa berhenti berdetak karena perasaan gelisah begitu pintu ditutup. Dia merasa

ingin menangis dan tertawa di saat yang bersamaan sementara perasaan bahagia yang manis dan aneh ini

menyeruak dalam dirinya.

Di saat itu, yang ingin Anita ketahui adalah apakah Raditya menganggap dirinya menyebalkan.

Begitu Raditya masuk ke dalam ruang rapat, pertanyaan langsung menyerbunya. “Sudah berapa jauh hubunganmu

dan Nona Anita, Tuan Raditya?” tanya Teddy.

“Apakah dia yang akan menjadi istrimu?” tanya Jodi.

Dengan tenang Raditnya menatap mereka dan menjawab, “Urus saja urusan kalian masing- masing.”

“Berhenti bertanya padanya. Kita akan menjadi orang pertama yang tahu bila dia memiliki kabar bahagia,” ucap

Wilmar.